Sosok.ID - Senin (15/6/2020) menjadi malam kelabu bagi tentara patroli India di perbatasan antara negaranya dengan China.
Sebab pertarungan di tebing curam melawan tentara China tak terelakkan hingga membuat 20 prajurit India tewas.
Bahkan salah satunya berpangkat perwira yang menjadi korban tewas dalam pertempuran tanpa senjata api tersebut.
Kejadian di wilayah Pegunungan Ladakh ini pun menjadi peristiwa kekerasan terburuk sepanjang hubungan kedua negara sejak 45 tahun terakhir.
Pengamat politik dan militer internasional pun banyak menyoroti apa yang dilakukan oleh tentara China tersebut.
The Guardian sempat mengangkat insiden kematian 20 tentara India oleh tentara China sebagai cara mengurangi kemungkinan sengketa teritorial.
Tetapi apa yang terjadi tersebut menurut The Guardian juga bisa menjadi bumerang bagi China karena akan menimbulkan perang terbuka.
Sejumlah media di India melaporkan mengenai latar terjadinya pertempuran tentara India melawan Tentara Pembebasan Rakyat China.
Menurut beberapa laporan media setempat, hal itu didasari oleh pembendungan aliran sungai dari gunung oleh tentara China.
Hingga apa yang dilakukan oleh tentara India adalah bermaksud untuk membuka lagi blokade aliran sungai tersebut.
Namun ternyata apa yang mereka lakukan membuat nyawa mereka terancam.
Saat sedang menjalankan misi tiba-tiba tentara China pun menyerang hingga membuat 20 prajurit India meninggal dan beberapa luka serta beberapa lainnya ditahan oleh lawan.
The Guardian menyebut kematian dari 20 tentara itupun membuat konsesus yang dibuat kedua belah pihak selama bertahun-tahun kini tak lagi berarti.
Namun pada hari Sabtu (20/6/2020), China menuduh India melakukan "aksi provokasi yang disengaja", dan mengkritik pembangunan infrastruktur di daerah tersebut. Tetapi konstruksi India telah berada di dalam wilayah yang dikontrolnya.
"Ini tampaknya menjadi dorongan yang jauh lebih terpadu pada bagian China untuk mengubah status quo," kata Andrew Small, rekan senior di German Marshall Fund kepada The Guardian.
Dia memperingatkan bahwa informasi tentang daerah perbatasan itu terpisah-pisah, dan sebagian besar dari sumber-sumber India dilengkapi dengan gambar satelit.
Akan tetapi, ada gambaran yang jelas tentang kehadiran pasukan China yang terus meningkat.
Small menambahkan, "Militer China telah memperkuat posisinya di banyak lokasi, tidak hanya melakukan patroli di seluruh LAC tetapi membangun infrastruktur dan mempertahankan kehadiran yang berkelanjutan."
Dia juga menilai, sangat mustahil bahwa para komandan di perbatasan akan merencanakan penyergapan mematikan semacam itu tanpa persetujuan diam-diam dari tingkat tertinggi.
China sendiri kini menghadapi banyak masalah dan tengah berjuang melawan beberapa krisis.
Ekonominya hancur oleh virus corona. Hubungan dengan Amerika Serikat berada di salah satu titik terendah sejak hubungan diplomatik dibangun kembali pada 1970-an.
Hong Kong dalam pemberontakan dan pengenaan Beijing atas undang-undang keamanan di sana telah memicu kemarahan internasional.
Pemerintah China juga telah melancarkan perang dagang dengan Australia mengenai tuntutannya untuk penyelidikan asal-usul Covid-19, dan berselisih dengan Kanada mengenai ekstradisi eksekutif senior dari raksasa teknologi Huawei.
Beberapa analis percaya bahwa agresi di perbatasan India adalah respons terhadap tekanan domestik ini, dari seorang pemimpin yang putus asa untuk tidak terlihat lemah pada kedaulatan nasional.
"Saya merasa umumnya ini merupakan respons terhadap tekanan yang dirasakan Xi," kata Taylor Fravel, direktur program studi keamanan di Massachusetts Institute of Technology. (*)